Kisah tentang Suami yang Khawatir

>> Senin, Januari 26, 2009

Alkisah ada seorang pria yang khawatir bahwa istrinya memiliki masalah pendengaran. Karena tidak ingin menyakiti perasaan istrinya, diam-diam dia memutuskan untuk menemui dokter keluarga untuk meminta nasihat. Dokter itu menyarankan agar si suami ini menggunakan teknik yang paling mudah dan paling tua untuk menguji masalah sang istri. Teknik ini akan memungkinkan dokter itu mengetahui seberapa parah masalah pendengaran yang diderita si isteri.
"Bapak harus berdiri kira-kira 40 langkah dari istri bapak dan mengobrol seperti biasa dengannya dengan menggunakan suara dan nada normal. Jika dia tidak bisa mendengar bapak, mendekatlah hingga berjarak 30 langkah, dan terus begitu sampai dia bisa mendengar bapak, lakukan dari jarak 20 langkah, dan terus begitu sampai dia bisa mendengar Bapak."
"Kedengarannya mudah," kata pria itu dengan hati senang. Maka, hari itu, ketika istrinya sedang menyiapkan makan malam, dia menaksir jaraknya dari istrinya.
Empat puluh langkah. Ya, kira-kira sejauh ini, bisiknya di dalam hati. "Makan apa kita malam ini, Sayang?" Tanyanya dengan nada suara yang normal, Istrinya tidak menjawab.
Maka, dia mendekati tiga puluh langkah. Sekali lagi dia bertanya, namun tetap tidak ada jawaban.
Wah, parah ini, katanya didalam hati sambil bergeser hingga berjarak 20 langkah dari istrinya. Sekali lagi tidak ada jawaban.
Dia terus melanjutkan dan jadi begitu dekat dengan istrinya sampai-sampai dia berdiri tepat di sebelah istrinya ketika dia berkata, "Sayang, makan malamnya apa?"
Istrinya menoleh dan berkata,"Ya ampuuunnn, untuk yang ketujuh kalinya, Sayang, aku udah bilang makan malamnya menu DAGING AYAM!"


Kisah ini membuatku mengajukan pertanyaan berikut ini kepada diriku sendiri. Berapa kali sudah aku bertindak seperti pria itu? Berapa kali sudah aku menyalahkan orang lain dan bukan bermawas diri dari untuk mengetahui apa kesalahan diriku? Siapa saja "istri" yang terpaksa terkena tuduhanku? Mengapa aku begitu yakin bahwa bukan aku yang "tuli"? Mengapa aku tidak memeriksakan telingaku sendiri sebelum berkeras agar "istri-istriku" memeriksa telinga?

Aku teramat kasihan kepada para "istri" di luar sana, yang selama ini kukira "tuli" padahal sebenarnya sebaliknya.

Bagaimana dengan kalian, teman-teman? Kalian juga pernah mengira ada di antara "istri-istri" kalian yang tuli? Apakah menurut kalian, kalian sudah membuat mereka menderita karena merasa tuli padahal sedari awal bahwa kalianlah yang tuli? Apakah kalian secara teratur memeriksa telinga kalian sebelum menunjuk istri-istri kalian?

Oke, bagaimana pendapat kalian kalau kita semua bersama-sama pergi memeriksakan telinga. Aku yakin sekali bukan hanya pasti menyenangkan, kita bahkan bisa menuntut supaya diberi diskon kelompok!

Sumber : Zabrina A Bakar

1 komentar:

white_rose Rabu, Januari 28, 2009 2:06:00 AM  

hhehehehehehehheheheeh......,wah parah,dan satu hal dr artikel ini,sebelum mengoreksi diri seorang disekitar,lebih baik,koreksilah diri kita sendiri...,okey?!