Kisah tentang Seorang Pria dan Kantung Emasnya

>> Senin, Januari 26, 2009

Alkisah, seorang raja membangun sebuah jalan raya yang megah untuk warga kerajaannya. Setelah jalan itu selesai, sang raja memutuskan untuk mengadakan kontes. Dia mengundang seluruh rakyatnya untuk ambil bagian. Tantangan bagi mereka adalah siapakah yang bisa melalui jalan raya itu dengan cara yang paling baik. Pada hari kontes, orang-orang datang dengan kereta yang indah, dan ada juga sebagian yang datang mengenakan baju olahraga.
Sepanjang hari orang-orang melintas di jalan raya itu. Setiap orang yang tiba di penghujung jalan mengeluh kepada sang raja bahwa ada tumpukan tinggi batu dan puing ditinggalkan di suatu tempat di jalan, dan tumpukan itu menghalangi dan menghambat perjalanan mereka.
Di akhir hari, seorang pria melalui garis finish dan dengan kelelahan menghampiri sang raja. Pria itu letih dan kotor, tetapi dia berbicara kepada Raja dengan penuh hormat dan menyerahkan sekantung emas. Dia menjelaskan,"Di jalan tadi aku berhenti untuk menyingkirkan tumpukan batu dan puing yang merintangi jalan. Aku menemukan kantung ini di bawah salah satu batu besar, dan aku ingin Baginda mengembalikan kepada pemilik yang sah."
Sang raja menjawab,"Kaulah pemilik yang sah itu."
Pria menjawab,"Oh, bukan, ini bukan milikku. Aku tidak pernah memiliki uang sebanyak ini."
"Oh, sebaliknya,"kata raja,"kau berhak atas emas ini, karena kau memenangkan kontesku. Orang yang melintasi jalan dengan cara yang paling baik adalah orang yang membuat jalan itu lebih lancar bagi orang-orang yang lewat berikutnya."


Ya Allah, kisah ini membuatku berpikir.
Sudahkah aku membuat jalan lebih lancar bagi orang lain? sudahkah aku membantu menyingkirkan puing-puing yang menghalangi jalan orang lain? Atau apakah aku berpura-pura tidak melihat puing-puing itu? atau, yang lebih buruk, apakah aku hanya mengeluh tentang semua "puing" yang kutemukan di jalan dan tidak berbuat apa-apa untuk mengatasi?
Bagaimana dengan kalian saudara-saudaraku? Apakah kalian melewatkan kantung emas itu karena kalian tidak menyingkirkan "puing" untuk orang lain?
Pernahkah kalian ingin mengetahui berapa banyak kantung emas yang kalian lewatkan karena tak cukup peduli menyisihkan waktu untuk memindahkan atau menyingkirkan puing-puing di sepanjang jalan demi kenyamanan orang lain?
aku teringat sebuah kutipan anonim yang berbunyi :

"Perlakukan semua orang dengan manis, bahkan mereka yang kasar padamu--bukan karena mereka baik, tetapi karena kalian baik"

Pertanyaannya : Baikkah kita?

Sumber : Zabrina A Bakar

1 komentar:

white_rose Rabu, Januari 28, 2009 2:02:00 AM  

instropeksi nih......,dan sebaik baiknya orang adalah orang yg berguna dan bermanfaat bagi saudara"nya...insya Allah,